Sobat-Sobat Kios Madinah yang baik hati, kali ini admin pengen berbagi postingan dalam kategori ” Hikmah ” dengan judul:
KEUTAMAAN RASA MALU
Malu bertanya sesat di jalan. Itulah pepatah lama yang sudah tak asing lagi di telinga kita. Pepatah yang sangat familiar ini memberi kesan bahwa malu itu ada kalanya harus dibuang jauh-jauh dari fikiran kita tapi ada kalanya harus ditanam dalam-dalam pada diri kita.
Dapat dibayangkan apabila kita benar-benar tersesat di jalan padahal itu merupakan daerah yang baru kita kenal lalu kita malu untuk menanyakan jalan yang semestinya kita tempuh, tentu kita akan semakin tersesat. Namun sebaliknya, apabila kita sedang berada di daerah kita sendiri yang memang sudah lama kita tinggal di sana kemudian tanpa rasa malu kita menanyakan jalan menuju rumah kita, tentu orang-orang pada bilang ini malu-maluin.
Oke, dari pada kita membayangkan hal yang malu-maluin di atas alangkah baiknya kalau kita menyimak keutamaan rasa malu beserta hikmah yang terkandung di dalamnya, berdasarkan ayat-ayat qur’ani atau hadits-hadits nabawi atau perkataan ulama’ salaf sebagaimana yang akan dipaparkan di bawah ini dengan harapan nantinya kita dapat menempatkan rasa malu itu pada situasi dan kondisi yang tepat. Amin.
Selanjutnya, inilah keutamaan rasa malu yang dimaksudkan:
1. Malu adalah sebagian dari iman
Dari Ibnu Umar ra., bahwa Rasulullah saw., bersabda: "Malu adalah sebagian dari iman." ( HR. Bukhari – Muslim )
Kemudian dari Abu Hurairah ra., Rasulullah s.a.w. bersabda: "Keimanan itu ada tujuhpuluh lebih - tiga sampai sembilan - atau keimanan itu cabangnya ada enampuluh lebih - tiga sampai sembilan. Seutama-utamanya ialah ucapan Laa ilaaha illallaah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, lumpur, abu kotoran dan Iain-Iain sebagainya - dari jalanan. Sifat malu adalah suatu cabang dari keimanan itu." ( HR. Bukhari – Muslim )
2. Malu adalah salah satu dari sifat Rasulullah saw.
Allah SWT., berfirman yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” ( Al Ahzaab, 53 )
Kemudian dari Abu Said Al-Khudri r.a., berkata: "Rasulullah saw., itu lebih sangat sifat malunya daripada seorang perawan dalam tempat persembunyiannya - yakni perawan yang baru kawin dan berada dalam biliknya dengan suami yang belum pernah dikenalnya. la amat sangat malu kepada suaminya itu. Jikalau beliau saw., melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak di wajahnya." ( HR. Bukhari – Muslim )
3. Malu hanya akan mendatangkan kebaikan
Dari Imran bin Hushain ra. Berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sifat malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan." ( HR. Bukhari – Muslim )
4. Malu adalah ucapan kenabian yang pertama
Dari Abu Mas'ud yaitu Uqbah al-Anshari, mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di antara hal-hal yang ditemui (didapatkan) dari ucapan kenubuwatan yang pertama ialah: Apabila kamu tidak malu, maka lakukanlah apa saja yang kamu kehendaki." ( HR. Bukhari )
5. Malu bukan dari tanda-tanda pendosa
Syaqiq Al-Baqi berkata, “…….. Tanda-tanda pendosa juga lima; keras hati, mempunyai mata yang tidak pernah menangis, terlalu mencintai dunia dan kesenangannya, berangan-angan terlalu tinggi, tidak ada malu dan rasa atau gerak hati”. ( Sirrul Asraar Bab 12 )
Demikian postingan ini dengan judul Keutamaan Rasa Malu beserta hikmahnya. Oke, semoga bermanfa’at untuk admin dan sobat2 KM semuanya. Terima kasih dan sampai jumpa lagi di waktu yang lain. Insya Allah. See you next moment.
KEUTAMAAN RASA MALU
Malu bertanya sesat di jalan. Itulah pepatah lama yang sudah tak asing lagi di telinga kita. Pepatah yang sangat familiar ini memberi kesan bahwa malu itu ada kalanya harus dibuang jauh-jauh dari fikiran kita tapi ada kalanya harus ditanam dalam-dalam pada diri kita.
Dapat dibayangkan apabila kita benar-benar tersesat di jalan padahal itu merupakan daerah yang baru kita kenal lalu kita malu untuk menanyakan jalan yang semestinya kita tempuh, tentu kita akan semakin tersesat. Namun sebaliknya, apabila kita sedang berada di daerah kita sendiri yang memang sudah lama kita tinggal di sana kemudian tanpa rasa malu kita menanyakan jalan menuju rumah kita, tentu orang-orang pada bilang ini malu-maluin.
Oke, dari pada kita membayangkan hal yang malu-maluin di atas alangkah baiknya kalau kita menyimak keutamaan rasa malu beserta hikmah yang terkandung di dalamnya, berdasarkan ayat-ayat qur’ani atau hadits-hadits nabawi atau perkataan ulama’ salaf sebagaimana yang akan dipaparkan di bawah ini dengan harapan nantinya kita dapat menempatkan rasa malu itu pada situasi dan kondisi yang tepat. Amin.
Selanjutnya, inilah keutamaan rasa malu yang dimaksudkan:
1. Malu adalah sebagian dari iman
Dari Ibnu Umar ra., bahwa Rasulullah saw., bersabda: "Malu adalah sebagian dari iman." ( HR. Bukhari – Muslim )
Kemudian dari Abu Hurairah ra., Rasulullah s.a.w. bersabda: "Keimanan itu ada tujuhpuluh lebih - tiga sampai sembilan - atau keimanan itu cabangnya ada enampuluh lebih - tiga sampai sembilan. Seutama-utamanya ialah ucapan Laa ilaaha illallaah dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, lumpur, abu kotoran dan Iain-Iain sebagainya - dari jalanan. Sifat malu adalah suatu cabang dari keimanan itu." ( HR. Bukhari – Muslim )
2. Malu adalah salah satu dari sifat Rasulullah saw.
Allah SWT., berfirman yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.” ( Al Ahzaab, 53 )
Kemudian dari Abu Said Al-Khudri r.a., berkata: "Rasulullah saw., itu lebih sangat sifat malunya daripada seorang perawan dalam tempat persembunyiannya - yakni perawan yang baru kawin dan berada dalam biliknya dengan suami yang belum pernah dikenalnya. la amat sangat malu kepada suaminya itu. Jikalau beliau saw., melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak di wajahnya." ( HR. Bukhari – Muslim )
3. Malu hanya akan mendatangkan kebaikan
Dari Imran bin Hushain ra. Berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sifat malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan." ( HR. Bukhari – Muslim )
4. Malu adalah ucapan kenabian yang pertama
Dari Abu Mas'ud yaitu Uqbah al-Anshari, mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di antara hal-hal yang ditemui (didapatkan) dari ucapan kenubuwatan yang pertama ialah: Apabila kamu tidak malu, maka lakukanlah apa saja yang kamu kehendaki." ( HR. Bukhari )
5. Malu bukan dari tanda-tanda pendosa
Syaqiq Al-Baqi berkata, “…….. Tanda-tanda pendosa juga lima; keras hati, mempunyai mata yang tidak pernah menangis, terlalu mencintai dunia dan kesenangannya, berangan-angan terlalu tinggi, tidak ada malu dan rasa atau gerak hati”. ( Sirrul Asraar Bab 12 )
Demikian postingan ini dengan judul Keutamaan Rasa Malu beserta hikmahnya. Oke, semoga bermanfa’at untuk admin dan sobat2 KM semuanya. Terima kasih dan sampai jumpa lagi di waktu yang lain. Insya Allah. See you next moment.
0 komentar:
Post a Comment